UNTUK tumbuh maksimal baik fisik dan otaknya, anak membutuhkan nutrisi yang seimbang. Setiap tahapan usia membutuhkan asupan nutrisi yang berbeda pula.
Banyak faktor yang memengaruhi tumbuh kembang seorang anak. Salah satunya adalah asupan nutrisi yang cukup. Kecukupan nutrisi harus mulai diperhatikan bahkan sejak janin masih dalam kandungan.
Dikatakan oleh ahli nutrisi dari Medika Plaza International Clinic, Semanggi Spesialist Clinic dr.Samuel Oetoro, bahwa orangtua bisa mengontrol nutrisi sehingga anak mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan sesuai tahapan usia tumbuh kembangnya.
"Sayangnya banyak orangtua tidak memahami masalah ini, sehingga cenderung para orangtua menyamaratakan makanan ke semua usia anak. Padahal, tiap anak, beda usia beda nutrisinya," ungkap Samuel saat menghadiri acara One Size Cant Fit.
Banyak faktor yang memengaruhi tumbuh kembang seorang anak. Salah satunya adalah asupan nutrisi yang cukup. Kecukupan nutrisi harus mulai diperhatikan bahkan sejak janin masih dalam kandungan.
Dikatakan oleh ahli nutrisi dari Medika Plaza International Clinic, Semanggi Spesialist Clinic dr.Samuel Oetoro, bahwa orangtua bisa mengontrol nutrisi sehingga anak mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan sesuai tahapan usia tumbuh kembangnya.
"Sayangnya banyak orangtua tidak memahami masalah ini, sehingga cenderung para orangtua menyamaratakan makanan ke semua usia anak. Padahal, tiap anak, beda usia beda nutrisinya," ungkap Samuel saat menghadiri acara One Size Cant Fit.
Kebutuhan nutrisi untuk anak di masa pertumbuhan, pra remaja, dan remaja berbeda.
Karena selain secara kejiwaan dan hormonal juga mengalami perbedaan, masalah perbedaan jenis kelamin, remaja putri dan remaja pria, membutuhkan nutrisi dan energi berbeda, juga disesuaikan dengan aktivitasnya.
Biasanya, orangtua hanya memerhatikan asupan nutrisi hingga anak berusia 5 tahun. Setelah usia tersebut para orangtua menganggap kebutuhan nutrisi anak kurang lebih sama dengan orang dewasa. Padahal sejatinya tidak demikian. Masing-masing anak di tahapan usia yang berbeda juga memiliki kebutuhan nutrisi yang berbeda.
"Yang juga disayangkan adalah perhatian orangtua terhadap kebutuhan nutrisi anak yang agak terabaikan begitu anak menginjak usia sekolah," ungkapnya.
Hal itu bisa saja disebabkan diantaranya karena orangtua yang sibuk sehingga tidak sempat menyiapkan sarapan, atau faktor yang asalnya dari si anak sendiri. Ada juga orangtua yang beranggapan anak di atas 5 tahun sudah tidak membutuhkan perhatian khusus untuk makanannya. Artinya bisa disamakan dengan menu orang dewasa di rumah.
"Orangtua cenderung memperhatikan nutrisi untuk anak di bawah lima tahun, sementara anak di atas lima tahun cenderung terabaikan karena persepsi yang keliru. Masa perkembangan anak tidak hanya sampai usia 5 tahun, namun sampai usia 18 tahun," ucapnya.
Padahal kenyataannya justru lingkungan merupakan faktor penting yang bisa membahayakan kecukupan nutrisi anak. Misalnya saja di sekolah, anak menghadapi berbagai macam godaan makanan di luar yang tidak dia dapatkan di rumah. Anak di usia ini juga menjadi pemilih terhadap makanan, cenderung mengonsumsi makanan yang sama dengan mengabaikan nilai gizi.
"Kepintaran orangtua harus digunakan dalam siatuasi ini, karena jika orangtua di rumah tidak pintar-pintar memilah dan memilih menu makanan yang pas dengan selera anak, akibatnya anak akan memilih jajan di luar," tuturnya.
Hal inilah yang menyebabkan banyak terjadinya kerawanan nutrisi, misal malnutrisi (kekurangan gizi) atau overnutrisi (kelebihan gizi, identik dengan kegemukan).
"Di sinilah peran penting orangtua dalam mengarahkan anak untuk hidup sehat. Orangtua harus memahami bahwa anak membutuhkan nutrisi sesuai dengan usia dan tahapan tumbuh kembangnya," kata dokter yang melanjutkan program master yang lulus tahun 2001.
Samuel mencontohkan, misalnya saja pada anak usia 5-8 tahun yang sedang dalam masa pertumbuhan tentu berbeda dengan kebutuhan anak usia 9-12 tahun yang masuk masa pra-remaja dan usia 13-18 tahun yang memasuki masa remaja. Semakin bertambahnya umur anak, maka kesempatan untuk mengontrol mereka 100 persen hampir tidak mungkin dilakukan di antaranya adalah kesempatan untuk mengontrol apa yang dikonsumsi anak dan memberikan mereka nutrisi yang tepat sesuai dengan kebutuhan di setiap tahapan usia mereka.
"Setelah usia dua tahun, proses tumbuh-kembang anak secara bertahap dibagi menjadi masa usia sampai 5-6 tahun, masa usia sekolah 7-12 tahun termasuk di dalamnya sudah ada masa pra-remaja atau prapubertas 9-12 tahun, dan diakhiri dengan masa remaja atau pubertas di usia 13-18 tahun," ungkap dokter yang mengambil program spesialis gizi klinik Fakultas Kedoktean Univesitas Indonesia.
Di usia 5-6 tahun, Samuel mengatakan tidak banyak berbeda dengan usia sebelumnya kecuali perkembangan yang lebih ke fungsi kognisi dan sosial, misalnya mulai masuk sekolah dan berinteraksi dengan lingkungan, yaitu lingkungan sekolah.
Sedangkan masa pra-puber atau pra-remaja (9-12 tahun) dan pubertas atau remaja (13-18 tahun) terjadi karena sudah mulai ada perkembangan fungsi organ reproduksi yang menghasilkan berbagai hormon yang akan mempersiapkan kematangan fungsi reproduksinya. Terjadinya tumbuh-kembang yang cepat seperti halnya saat masa janin dan bayi bisa disebabkan juga karena pengaruh hormonal. Sehingga akan terjadi perubahan pada kebutuhan akan zat gizi dari makanan anak pada masa tersebut untuk mendukung pertumbuhan fisik dan kematangan organ reproduksi.
"Jadi sebenarnya masa prapubertas dan pubertas juga merupakan masa-masa krusial di mana kecukupan gizi harus diperhatikan untuk menopang pertumbuhan fisik dan kematangan organ reproduksi," ujar Samuel.
Masih dijelaskan Samuel, saat masuk sekolah yaitu sekitar usia 5-8 tahun, biasanya anak mulai mengenal berbagai jenis jajanan yang tidak diperoleh di rumah. Di sinilah pentingnya orangtua dalam mengarahkan buah hati mendapatkan makanan kaya nutrisi untuk menunjang tumbuh kembangnya, misalnya dengan memberinya bekal dari rumah ketimbang membekalinya uang untuk dipakai jajan.
Jika tidak sempat memasak, biasanya sekolah menyediakan jasa katering yang menunya bisa kita pilih dengan kandungan gizi yang dapat dipertanggungjawabkan, dan tentu saja disukai anak.
Untuk anak yang berusia 9-12 tahun yang berarti juga masa pra remaja dan usia 13-18 tahun yang merupakan masa remaja, para orangtua akan mengalami tantangan yang berbeda. Pada masa-masa tersebut ditandai dengan dimulainya perkembangan fungsi organ reproduksi yang menghasilkan berbagai hormon yang akan mempersiapkan fungsi reproduksinya.
"Salah satu makanan yang bisa mencukupi nutrisi untuk setiap umur dan setiap orang di antaranya adalah susu yang memegang peranan penting dalam menunjang pertumbuhan 3B (body, bone, and brain)," pesan Samuel.
Hal tersebut dikatakan Samuel, karena di masa pra-pubertas dan pubertas justru sering kali terabaikan, padahal susu penting sebagai sumber kalsium dan protein.
Biasanya, orangtua hanya memerhatikan asupan nutrisi hingga anak berusia 5 tahun. Setelah usia tersebut para orangtua menganggap kebutuhan nutrisi anak kurang lebih sama dengan orang dewasa. Padahal sejatinya tidak demikian. Masing-masing anak di tahapan usia yang berbeda juga memiliki kebutuhan nutrisi yang berbeda.
"Yang juga disayangkan adalah perhatian orangtua terhadap kebutuhan nutrisi anak yang agak terabaikan begitu anak menginjak usia sekolah," ungkapnya.
Hal itu bisa saja disebabkan diantaranya karena orangtua yang sibuk sehingga tidak sempat menyiapkan sarapan, atau faktor yang asalnya dari si anak sendiri. Ada juga orangtua yang beranggapan anak di atas 5 tahun sudah tidak membutuhkan perhatian khusus untuk makanannya. Artinya bisa disamakan dengan menu orang dewasa di rumah.
"Orangtua cenderung memperhatikan nutrisi untuk anak di bawah lima tahun, sementara anak di atas lima tahun cenderung terabaikan karena persepsi yang keliru. Masa perkembangan anak tidak hanya sampai usia 5 tahun, namun sampai usia 18 tahun," ucapnya.
Padahal kenyataannya justru lingkungan merupakan faktor penting yang bisa membahayakan kecukupan nutrisi anak. Misalnya saja di sekolah, anak menghadapi berbagai macam godaan makanan di luar yang tidak dia dapatkan di rumah. Anak di usia ini juga menjadi pemilih terhadap makanan, cenderung mengonsumsi makanan yang sama dengan mengabaikan nilai gizi.
"Kepintaran orangtua harus digunakan dalam siatuasi ini, karena jika orangtua di rumah tidak pintar-pintar memilah dan memilih menu makanan yang pas dengan selera anak, akibatnya anak akan memilih jajan di luar," tuturnya.
Hal inilah yang menyebabkan banyak terjadinya kerawanan nutrisi, misal malnutrisi (kekurangan gizi) atau overnutrisi (kelebihan gizi, identik dengan kegemukan).
"Di sinilah peran penting orangtua dalam mengarahkan anak untuk hidup sehat. Orangtua harus memahami bahwa anak membutuhkan nutrisi sesuai dengan usia dan tahapan tumbuh kembangnya," kata dokter yang melanjutkan program master yang lulus tahun 2001.
Samuel mencontohkan, misalnya saja pada anak usia 5-8 tahun yang sedang dalam masa pertumbuhan tentu berbeda dengan kebutuhan anak usia 9-12 tahun yang masuk masa pra-remaja dan usia 13-18 tahun yang memasuki masa remaja. Semakin bertambahnya umur anak, maka kesempatan untuk mengontrol mereka 100 persen hampir tidak mungkin dilakukan di antaranya adalah kesempatan untuk mengontrol apa yang dikonsumsi anak dan memberikan mereka nutrisi yang tepat sesuai dengan kebutuhan di setiap tahapan usia mereka.
"Setelah usia dua tahun, proses tumbuh-kembang anak secara bertahap dibagi menjadi masa usia sampai 5-6 tahun, masa usia sekolah 7-12 tahun termasuk di dalamnya sudah ada masa pra-remaja atau prapubertas 9-12 tahun, dan diakhiri dengan masa remaja atau pubertas di usia 13-18 tahun," ungkap dokter yang mengambil program spesialis gizi klinik Fakultas Kedoktean Univesitas Indonesia.
Di usia 5-6 tahun, Samuel mengatakan tidak banyak berbeda dengan usia sebelumnya kecuali perkembangan yang lebih ke fungsi kognisi dan sosial, misalnya mulai masuk sekolah dan berinteraksi dengan lingkungan, yaitu lingkungan sekolah.
Sedangkan masa pra-puber atau pra-remaja (9-12 tahun) dan pubertas atau remaja (13-18 tahun) terjadi karena sudah mulai ada perkembangan fungsi organ reproduksi yang menghasilkan berbagai hormon yang akan mempersiapkan kematangan fungsi reproduksinya. Terjadinya tumbuh-kembang yang cepat seperti halnya saat masa janin dan bayi bisa disebabkan juga karena pengaruh hormonal. Sehingga akan terjadi perubahan pada kebutuhan akan zat gizi dari makanan anak pada masa tersebut untuk mendukung pertumbuhan fisik dan kematangan organ reproduksi.
"Jadi sebenarnya masa prapubertas dan pubertas juga merupakan masa-masa krusial di mana kecukupan gizi harus diperhatikan untuk menopang pertumbuhan fisik dan kematangan organ reproduksi," ujar Samuel.
Masih dijelaskan Samuel, saat masuk sekolah yaitu sekitar usia 5-8 tahun, biasanya anak mulai mengenal berbagai jenis jajanan yang tidak diperoleh di rumah. Di sinilah pentingnya orangtua dalam mengarahkan buah hati mendapatkan makanan kaya nutrisi untuk menunjang tumbuh kembangnya, misalnya dengan memberinya bekal dari rumah ketimbang membekalinya uang untuk dipakai jajan.
Jika tidak sempat memasak, biasanya sekolah menyediakan jasa katering yang menunya bisa kita pilih dengan kandungan gizi yang dapat dipertanggungjawabkan, dan tentu saja disukai anak.
Untuk anak yang berusia 9-12 tahun yang berarti juga masa pra remaja dan usia 13-18 tahun yang merupakan masa remaja, para orangtua akan mengalami tantangan yang berbeda. Pada masa-masa tersebut ditandai dengan dimulainya perkembangan fungsi organ reproduksi yang menghasilkan berbagai hormon yang akan mempersiapkan fungsi reproduksinya.
"Salah satu makanan yang bisa mencukupi nutrisi untuk setiap umur dan setiap orang di antaranya adalah susu yang memegang peranan penting dalam menunjang pertumbuhan 3B (body, bone, and brain)," pesan Samuel.
Hal tersebut dikatakan Samuel, karena di masa pra-pubertas dan pubertas justru sering kali terabaikan, padahal susu penting sebagai sumber kalsium dan protein.
"Nutrisi yang tepat sesuai tahapan usia mereka dapat mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan anak untuk menghadapi berbagai tantangan di masa depan yang semakin banyak," ucap seorang Life Coach, Novian Triwidia Jaya. (okezone.com)
0 komentar:
Posting Komentar