Setiap bani Adam tidak pernah tahu kapan dan di bumi mana ia akan meninggal. Maka jika ada orang lain yang masih mempunyai hak atas dirimu atau engkau mempunyai hak atas orang lain, atau engkau ingin meninggalkan wasiat tertentu sehubungan dengan hartamu, maka segeralah menulis wasiat. Sebab memang dianjurkan untuk segera menulis wasiat, sekalipun penulisan wasiat ini tidak akan mendekatkan ajalmu, dan tidak menulis wasiat pun bukan berarti menjauhkan ajal. Yang jelas, manusia tidak tahu kapan ajal menghampirinya.
Dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma, sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Tidaklah layak bagi orang muslim yang mempunyai sesuatu yang hendak diwasiatkan selagi masih hidup selama dua malam, melainkan wasiatnya harus sudah ditulis di sisinya.” (Diriwayatkan Al-Bukhari dan Muslim)
Ibnu Umar berkata, “Semenjak kudengar sabda beliau inh, tidak pernah lewat satu malam pun, melainkan aku sudah mempunyai wasiat.”
Hadits ini merupakan dalil pensyariatan segera menulis wasiat, karena dikhawatirkan ajal akan menjemputnya. Berapa banyak orang yang meninggal dunia tatkala masih dalam keadaan sehat atau pun sedang sakit, padahal dia mempunyai harta kekayaan yang melimpah, masih mempunyai hak terhada orang lain dan ada orang lain yang mempunyai hak atas dirinya, padahal dia juga ingin membuat sedikit wasiat sehubungan dengan hartanya, agar segala sesuatu menjadi beres setelah dia meninggal dunia. Tetapi sebelum semua itu terwujud, ajal sudah terlanjur menghampirinya.
Tidak perlu menangguhkan pembuatan wasiat hingga ada tanda-tanda kematian. Hal ini didasarkan kepada sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, tatkala beliau ditanya seseorang, “Apakah shadaqah yang paling besar pahalanya?”

Beliau menjawab, “Engkau segera mengeluarkan shadaqah selagi dalam keadaan sehat dan kikir, tatkala engkau takut kemiskinan, mengharapkan kekayaan dan engkau meremehkan hingga ruh mendekati tenggorokan. Telah kukatakan begini kepada fulan, kukatakan begini kepada fulan, dan fulan mempunyai apa yang dishadaqahkan.” (Diriwayatkan Al-Bukhari dan Muslim)
Makna hadits ini, biasanya sifat kikir itu menyertai keadaan sehat. Jika shadaqah dikeluarkan dalam keadaan seperti itu, dengan niat yang baik, maka pahalanya paling besar. Keadaan ini berbeda dengan orang yang mengharapkan kematian dan tidak punya harapan untuk hidup serta tidak mempunyai minat terhadap harta. Pahala shadaqah dalam keadaan seperti ini tidak sebesar pahala keadaan yang pertama.
Namun engkau tidak boleh berwasiat lebih dari sepertiga hartamu, yang didasarkan kepada hadits Sa’id bin Abi Waqqash radhiyallahu ‘anhu, dia pernah ditanya tentang keinginannya untuk berwasiat dengan seluruh hartanya. Beliau menjawab, “Tidak.” Dia bertanya, “Kalau dengan dua pertiganya?” Beliau menjawab, “Tidak.” Kemudian beliau bersabda, “Sepertiga, dan sepertiga itu adalah banyak.” (Diriwayatkan Al-Bukhari dan Muslim)
Dari Ibnu Abbas, dia berkata, “Andaikan manusia berwasiat kurang dari sepertiga atau seperempat hartanya. Sebab Rasulullah pernah bersabda, ‘Sepertiga, dan sepertiga itu adalah banyak.”
Dalam suatu riwayat disebutkan, “Aku ingin agar manusia berwasiat kurang dari sepertiga hingga seperempat hartanya.”
Sumber: Hiburan Bagi Orang Sakit karya Abdullah bin Ali Al-Ju’aitsin (penerjemah: Kathur Suhardi), penerbit: Pustaka Al-Kautsar cet. Kelima, November 1999, hal. 181-183. http://fadhlihsan.wordpress.com/2010/06/18/segeralah-menulis-wasiat/

0 komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...