Maag atau penyakit gastritis yang dalam bahasa Yunani berasal dari kata gastro (perut/lambung) dan itis (peradangan) adalah penyakit yang bersifat psikosomatis, artinya penyakit ini berkaitan erat dengan faktor psikologis dan sistem saraf somatik. Sistem syaraf somatik sendiri memiliki hubungan dengan sistem syaraf otonom dimana sistem syaraf ini juga berperan dalam mengatur pergerakan peristaltik lambung dan pelepasan zat-zat kimia dalam lambung. Oleh sebab itu faktor stess berkaitan erat dengan penyakit ini disamping memang ada beberapa faktor lainnya yang dapat menyebabkan terjadinya maag seperti kebiasaan merokok, mengkonsumsi alkohol, infeksi oleh bakteri Helicobacter pylori, maupun karena efek samping dari pemakaian obat-obat Anti Inflamasi Non Steroid (AINS) seperti Ibuprofen, Piroxicam, dan sebagainya.
Pada beberapa kasus, gastritis dapat menyebabkan terjadinya Ulcer, yaitu terputusnya kontinuitas mukosa gastrointenestinal (selaput permukaan lambung) yang meluas sampai jaringan epitel sehingga terjadi iritasi atau perdarahan pada jaringan tersebut yang dalam bahasa sehari-hari sering disebut borok. Ulcer juga tidak hanya terjadi pada lambung, melainkan dapat juga terjadi pada saluran eshopagus (tukak lambung), duodenum(usus dua belas jari) dan jejunum (usus halus).
Gejala maag sendiri dapat berupa rasa perih atau sakit seperti terbakar pada perut bagian atas disertai dengan rasa mual, muntah, kehilangan selera makan, kembung, kehilangan berat badan, dan perut bagian atas terasa penuh apabila sehabis makan. Namun, dari beberapa gejala di atas terkadang memiliki persamaan gejala dengan beberapa penyakit yang menyerang lambung, seperti ulkus peptikum, refluks esophagus (arus balik asam lambung), dan gastroenteritis. Maag sendiri bukan penyakit tunggal, tetapi terbentuk melalui beberapa kondisi yang kesemuanya dapat mengakibatkan peradangan pada lambung.
Lambung adalah organ yang berbentuk kantung kosong yang terletak pada bagian kiri atas perut tepat di bawah tulang iga. Lambung orang dewasa mempunyai panjang + 10 inchi dan dapat mengembang untuk menampung makanan dan minuman sebanyak 1 gallon. Di dalam lambung terdapat sebuah cincin yang mengatur masuknya makanan dan akan menutup apabila makanan telah masuk ke dalam lambung. Dinding lambung terdiri dari lapisan otot yang kuat dan berfungsi untuk menghancurkan makanan dengan disertai 35.000.000 enzim yang berfungsi dalam membantu penguraian secara kimiawi. Salah satu komponen cairan lambung adalah asam hidroklorida (HCL) yang bersifat sangat korosif sehingga sebuah paku besi pun dapat larut dalam cairan lambung ini. Maka, untuk mencegah terjadinya kehancuran lambung, mukosa lambung melepaskan ion bicarbonate sehingga mukosa dinding lambung tidak mengalami kerusakan. “Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dengan sebaik-baik bentuk”(Q.S. At-Tin:4).
Pada dasarnya PH pada lambung mengkondisikan mikroorganisme tidak dapat hidup di dalamnya, kecuali mikroorganisme yang tahan terhadap PH asam. Namun pada kondisi dimana manusia tidak berlaku bijaksana dalam mengkonsumsi makanan dan minuman serta dalam mengendalikan emosi sehingga memicu terjadinya penyakit pada lambung seperti penyakit maag. “Tidak ada ‘bencana’ yang lebih buruk yang diisi oleh manusia dari pada perutnya sendiri…”(H.R. At-Tirmidzi). Kebanyakan kasus-kasus maag terjadi karena akumulasi kebiasaan yang tidak sehat, seperti pada kasus depresi yang diiringi dengan mengkonsumsi alkohol dan merokok sebagai pelarian. Pada kebanyakan orang yang normal pun tidak lepas dari kebiasaan yang merusak lambung.
Terkadang karena kesibukan sehari-hari, orang sering menyepelekan makan dengan makan tidak teratur, menunda waktu makan, makan tergesa-gesa dalam porsi besar. Kebiasaan yang tidak sehat juga sering diperparah dengan mengkonsumsi vitamin C (Asam Askorbat) dalam kondisi perut kosong dengan alasan untuk menjaga tubuh agar tidak sakit, padahal Asam Askorbat sintetis bersifat mengiritasi lambung. Dalam kondisi lambung yang telah teriritasi pun terkadang masih digampangkan oleh orang tersebut dengan mengkonsumsi obat maag semaunya. Padahal jenis obat maag yang sering dikonsumsi seperti antasida memiliki efek samping membuat konstipasi jika dikonsumsi dalam akumulasi dosis besar/terus-menerus.
Sesungguhnya jauh-jauh hari Islam telah mengingatkan dan mengantisipasi timbulnya penyakit pada sistem pencernaan termasuk maag. Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi dengan marfu’,“Malulah kepada Allah dengan sebenar-benar rasa malu.”Para sahabat bertanya, “Apakah sebenar-benarnya rasa malu itu?” Beliau menjawab, “Menjaga kepala beserta isinya dan menjaga perut beserta isinya serta mengingat kuburan dan kematian.” Dalam hadits ini disandingkan antara anjuran menjaga kepala dan menjaga perut, dimana keinginan syahwat terhadap makan dan minum apa yang diharamkan maupun makan dan minum dengan berlebihan dimulai dari pandangan mata terhadap makanan tersebut sehingga manusia makan dan minum tanpa rasa malu dan tanpa merasa malu mendzolimi perutnya.
Al-Harats, seorang tabib bangsa arab berkata “ Lambung manusia itu tempatnya segala penyakit, sedangkan pencegahan itu pokok dari segala pengobatan.” Dengan mengutamakan rasa malu dalam makan dan minum tidak berlebihan maupun mengkonsumsi barang-barang yang merusak maka manusia telah menempuh penyembuhan tanpa efek samping. Zat-zat iritan dan bersifat toksik (beracun) seperti alkohol, nikotin, opiat sangat cepat terserap oleh lambung dan saluran pencernaan, maka dengan demikian akan mengikis perlindungan mukosa saluran cerna.”Barangsiapa yang berobat dengan khamr, niscaya Allah tidak akan memberinya kesembuhan.”
Makan dan minum berlebihan juga memicu terjadinya penyakit seperti maag, oleh sebab itu Rasulullah Shallallahu’Alaihi Wa Sallam mencela tindakan tersebut.”Seorang mu’min makan dengan satu perut, dan orang kafir makan dengan tujuh perut.”(H.R.Bukhari).
Makan dengan berlebihan dapat memicu pelapasan asam lambung berlebihan dan seperti apa yang telah dipaparkan di atas maka hal tersebut akan menyebabkan iritasi pada lambung. Maka benar kiranya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda “Berpuasalah kamu, niscaya kamu akan sehat. Berpuasa juga memiliki pengaruh terhadap pengendalian enzim saluran cerna dan mengistirahatkan organ pencernaan sehingga dapat mencegah pergesekan makanan di dalam lambung. Dengan bersikap lebih malu dalam mengkonsumsi makanan baik dengan dara berpuasa maupun mengikuti cara makan yang dianjurkan Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam, maka dapat menjadi upaya penyehatan lambung tanpa efek samping dan hemat biaya. Wallahu A’lam.
Oleh: Joko Rinanto (Disari dari Tabloid Bekam Edisi 2/2010)
1 komentar:
Sering bawa aja obat maag ini, sangat cepat mengatasi sakit maag kita. Kemasan sachet dan cair, mudah dibawa kemana mana. Jika sakit maag menyerang, minum konimag.Konimag, obat maag cair, langsung enaak sekali tenggak
Posting Komentar